Inilah 3 Penyebab Utama Wanita Berani Berselingkuh


Fenomena wanita berselingkuh di jaman sekarang ini pun kelihatannya sudah tidak aneh sekali lagi didengar. Tiga aspek ini disebut-sebut jadi penyebabnya terjadinya perselingkuhan bahkan juga sampai perceraian.

Bila sampai kini kita sering menjumpai beberapa pria atau suami berselingkuh, karena ada “pancingan” yang menarik, tidak beda yaitu sesosok wanita yang memiliki daya pikat sendiri untuk si pria itu, bukan? Oleh karenanya, tak tahu pria atau wanita yang lebih dahulu mengawalinya, terkadang jalinan gelap jadi tidak terhindar.

Fenomena wanita berselingkuh di jaman saat ini pun kelihatannya telah tidak aneh sekali lagi didengar. Tiga aspek ini disebut-sebut jadi alasan pria mencintai wanita bersuami.

1. UUD : Ujung-Ujungnya Duit

Seseorang rekan bisnis saya bercerita cerita pilu yang menimpa kondisinya saat itu. Dahulu pertama kalinya menikah, dia tengah meningkatkan bisnis sampai makin lama usahanya makin berkembang dan dengan ekonomi kehidupan tempat tinggal tangganya pun bertambah. Tetapi ketika bisnisnya mulai alami kebangkrutan dan satu persatu hartanya mulai lenyap ditambah dengan adanya banyak hutang yang perlu dilunasi, membuat kehidupan keluarganya jadi 'oleng'.

Jadi seseorang suami yang tengah alami kejatuhan finansial, pastinya memerlukan dukungan dari seseorang istri. Namun apa daya, yang terjadi malah sebaliknya, caci maki dan hinaan istri yang berasumsi suami tidak pandai dalam mengelola bisnis membuatnya makin tersungkur. Maka ketika sang istri kabur meninggalkan dianya dan lari pada pria yang lebih mapan, dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Memang, jadi seseorang kepala keluarga pastinya tanggung jawab keuangan berada di pundaknya. Namun bukanlah bermakna istri tidak dapat bekerja untuk menolong menyokong ekonomi keluarga. Bahkan juga ketika pendapatan yang didapat istri semakin besar dari suami pun, tidak semestinya orang ke-3 ada dalam kehidupan rumah tangga, seperti tulisan saya sebelumnya

Masih tetap ingatkah kita dengan janji pernikahan yang sempat kita katakan dihadapan beberapa orang dan terlebih-lebih dihadapan Tuhan? Ketika kita berjanji untuk setia, baik sukai ataupun duka, apakah itu hanya berlaku untuk periode waktu dan kondisi tertentu saja? Pasti tidak! Kasih dapat menutupi semua kesusahan, ketika kita ingin dan bersedia terima pasangan kita dalam kondisi apa pun baik kaya atau miskin.

Berselingkuh dengan orang yang lebih mapan tidaklah jalan keluar yg tepat. Ini hanya alibi untuk temukan kenyamanan hidup lewat cara instan. Hanya istri yang bijaklah yang ingin dan dapat untuk bergandengan tangan hadapi semua suatu hal yang terjadi dengan suami.

2. HTM : Hati Tidak Menyatu

Miliki suami yang tampan dan kaya nyatanya tidak selalu membuat istri setia. Ketika pagi tiba, suami yang selalu disibukkan dengan masalah pekerjaan harusnya pergi ke kantor, sesaat istri cantik ini menyiapkan diri untuk mengantar anaknya ke sekolah. Untuk isi waktu kosong sambil menanti jam pulang sekolah tiba, maka sang istri menggunakan saatnya ke gym agar badan tetaplah baik dengan tuntunan instruktur handal.

Hari untuk hari, intensitas pertemuan dengan instruktur yang berperawakan gagah perkasa ini makin bertambah. Tidak hanya di jam latihan saja, tetapi usai berolahraga pun mereka masih tetap meluangkan diri untuk ngopi bareng di mall. Bermula dari nongkrong beberapa ramai, pada akhirnya keterusan sampai berduaan saja. Dari mulai membahas hal yang enteng, sampai curhatan yang menyentuh hati pun tidak terelakkan.

Merasa temukan sosok yang tepat dan dapat jadi tempat membuat hati makin nyaman berelasi dengannya, terlebih didukung dengan persamaan hoby yakni berolahraga dengan. Bertahun-tahun lalu, perselingkuhan ini mulai tersingkap, wanita ini malah lebih memilih lari ke pelukan PIL (pria dambaan beda) daripada menjaga pernikahannya dengan suami, dengan alasan telah tidak pas sekali lagi.

Apabila rasakan ketidakcocokan setelah menikah, mungkin waktunya kita mengevaluasi diri dengan pasangan, duduk dengan untuk buka telinga dan hati kita agar rekanan dalam pernikahan kita tetaplah bertahan dan makin bertumbuh mekar. Tidak perlu enggan apabila harus merekonsiliasi jalinan dengan pasangan dan membuat kembali dari pertama bahtera rumah tangga yang sempat hancur untuk kebahagiaan dengan.

Mungkin diperlukan juga persamaan dan kecocokan yang dahulu sempat menggetarkan jiwa dipupuk sekali lagi untuk isi ruang hati kita yang sempat kosong, agar hati kita kembali menyatu dengan pasangan, bukanlah dengan PIL/WIL.

3. BMW : Bawaan Elegan Wanita

“Loh, suamimu mana say? ” bertanya saya pada rekan saya yang selalu berpenampilan glamour setiap kali berjumpa di mana pun. Dia melihat dan tunjukkan jarinya tandanya kalau suaminya masih tetap jalan jauh ketinggalan di belakangnya. Tak tahu ada unsur kesengajaan atau tidak, setiap kali ketemu dia selalu jalan sendiri mendahului suaminya, sesaat suaminya yang sering berpenampilan sederhana sembari menggandeng anak-anaknya ikuti arah istrinya jalan.

Tidak lama berselang sekian hari, saya kembali berjumpa dengannya, tetapi kali inilah jalan mesra dengan seseorang lelaki yang berpenampilan necis seperti pasangan serasi. Karena penasaran, pada akhirnya saya membulatkan tekad untuk ajukan pertanyaan. Tanpa ada basa basi dia mengungkap kalau lelaki itu yaitu rekanan kerjanya di kantor yang sampai kini membuat dia semangat untuk bangun pagi dan cepat pergi kerja.

Keduanya sama miliki tampilan modis dan pekerjaan elite yang teratur ditangani dengan makin menumbuhkan benih-benih cinta diantara mereka. Sedang suaminya yang setiap harinya buka depot makanan sembari mengurusi anak dirumah tidak dapat menyeimbangi pola hidup istrinya yang serba elegan.

Saya jadi wanita bertemumi, sangat menyayangkan bila peranan istri/suami pada keluarga terlewatkan hanya dikarenakan PIL/WIL. Terlalu banyaknya waktu dan tenaga yang kita buang sia-sia apabila konsentrasi hidup kita hanya untuk kesenangan diri saja, tanpa ada pikirkan efeknya untuk keluarga.

Ketika kita memastikan standard hidup pribadi yang terlalu tinggi tanpa ada memperhitungkan kehidupan keluarga yang layak, di situlah letak awal kita jatuh dalam perangkap merekayasa diri.
Kita melakukan tindakan seakan-akan telah melakukan yang paling baik untuk keluarga dengan alasan bekerja untuk menolong mengurangi beban suami atau memenuhi keperluan keluarga, tetapi sebenarnya, yang dikejar tidak beda yaitu kenikmatan sendiri.

Itulah 3 aspek, wanita pada akhirnya berpaling dan akhiri pernikahan. Mudah-mudahan tiga penyebabnya diatas tidak jadikan kita, jadi wanita gelap mata. Karena sebenarnya, kebahagiaan yang diperoleh pun hanya sesaat dan akan selesai pada sesal semata.

0 komentar: